Assalamualaykum...


Selamat datang di blog underwater-explorer.
Tempat berbagi ilmu dan pengalaman tentang dunia air.

let's be the underwater explorer!!!

Kamis, 23 Juni 2011

TERUMBU KARANG DAN KARANG

TERUMBU KARANG DAN KARANG

Terumbu karang adalah struktur di dasar laut berupa deposit kalsium karbonat di laut yang dihasilkan terutama oleh hewan karang. Karang adalah hewan tak bertulang belakang yang termasuk dalam Filum Coelenterata (hew an berrongga) atau Cnidaria. Yang disebut sebagai karang (coral) mencakup karang dari Ordo scleractinia dan Sub kelas Octocorallia (kelas Anthozoa) maupun kelas Hydrozoa. Lebih lanjut dalam makalah ini pembahasan lebih menekankan pada karang sejati (Scleractinia).
Satu individu karang atau disebut polip karang memiliki ukuran yang bervariasi mulai dari yang sangat kecil 1 mm hingga yang sangat besar yaitu lebih dari 50 cm. Namun yang pada umumnya polip karang berukuran kecil. Polip dengan ukuran besar dijumpai pada karang yang soliter.


ANATOMI KARANG
Karang atau disebut polip memiliki bagian-bagian tubuh terdiri dari :
1.  mulut dikelilingi oleh tentakel yang berfungsi untuk menangkap mangsa dari perairan serta sebagai alat pertahanan diri.
2. rongga tubuh (coelenteron) yang juga merupakan saluran pencernaan (gastrovascular)
3. dua lapisan tubuh yaitu ektodermis dan endodermis yang lebih umum disebut gastrodermis karena berbatasan dengan saluran pencernaan. Di antara kedua lapisan terdapat jaringan pengikat tipis yang disebut mesoglea. Jaringan ini terdiri dari sel-sel,serta kolagen, dan mukopolisakarida. Pada sebagian besar karang, epidermis akan menghasilkan material guna membentuk rangka luar karang. Material tersebut berupa kalsium karbonat (kapur).

Bertempat di gastrodermis, hidup zooxanthellae yaitu alga uniseluler dari kelompok Dinof lagelata, dengan warna coklat atau coklat kekuning-kuningan. 


Gambar 1. Anatomi polip karang

Karang dapat menarik dan menjulurkan tentakelnya. Tentakel tersebut aktif dijulurkan pada malam hari, saat karang mencari mangsa, sementara di siang hari tentekel ditarik masuk ke dalam rangka. Bagaimana karang dapat menangkap mangsanya? 
Di ektodermis tentakel terdapat sel penyengat (knidoblas) , yang merupakan ciri khas semua hewan Cnidaria. Knidoblas dilengkapi alat penyengat (nematosita) beserta racun di dalamnya. Sel penyengat bila sedang tidak digunakan akan berada dalam kondisi tidak aktif, dan alat sengat berada di dalam sel. Bila ada zooplankton atau hewan lain yang akan ditangkap, maka alat penyengat dan racun akan dikeluarkan. 

CARA MAKAN

 Karang memiliki dua cara untuk mendapatkan makan, yaitu
1. Menangkap zooplankton yang melayang dalam air. 
2. Menerima hasil fotosintesis zooxanthellae. 
 Ada pendapat para ahli yang mengatakan bahwa hasil fotosintesis zooxanthellae yang dimanfaatkan oleh karang, jumlahnya cukup untuk memenuhi kebutuhan proses respirasi karang tersebut (Muller-Parker & D’Elia 2001). Sebagian ahli lagi mengatakan sumber makanan karang 75-99% berasal dari zooxanthellae (Tucket & Tucket 2002).
 Ada dua mekanisme bagaimana mangsa yang ditangkap karang dapat mencapai mulut:
1. Mangsa ditangkap lalu tentakel membawa mangsa ke mulut
2. Mangsa ditangkap lalu terbawa ke mulut oleh gerakan silia di sepanjang tentakel 

ASOSIASI KARANG DENGAN ZOOXANTHELLAE

 Zooxanthellae adalah alga dari kelompok Dinoflagellata yang bersimbiosis pada hewan, seperti karang, anemon, moluska dan lainnya. Sebagian besar zooxanthella berasal dari genus Symbiodinium. Jumlah zooxanthellae pada karang diperkirakan > 1 juta sel/cm2 permukaan karang, ada yang mengatakan antara 1-5 juta sel/cm2. Meski dapat hidup tidak terikat induk, sebagian besar zooxanthellae melakukan simbiosis.
 Dalam asosiasi ini, karang mendapatkan sejumlah keuntungan berupa :
1. Hasil fotosintesis, seperti gula, asam amino, dan oksigen
2. Mempercepat proses kalsifikasi yang menurut Johnston terjadi melalui skema:
·         Fotosintesis akan menaikkan PH dan menyediakan ion karbonat lebih banyak.
·   Dengan pengambilan ion P untuk fotosintesis, berarti zooxanthellae telah menyingkirkan inhibitor kalsifikasi.  
Bagi zooxanthellae, karang adalah habitat yang baik karena merupakan pensuplai terbesar zat anorganik untuk fotosintesis. Sebagai contoh Bytell menemukan bahwa untuk zooxanthellae dalam Acropora palmata  suplai nitrogen anorganik, 70% didapat dari karang (lihat Tomascik et al. 1997). Anorganik itu merupakan sisa metabolisme karang dan hanya sebagian kecil anorganik diambil dari perairan.

Bagaimana zooxanthellae dapat berada dalam karang, terjadi melalui beberapa mekanisme terkait dengan reproduksi karang. Dari reproduksi secara seksual, karang akan mendapatkan zooxanthellae langsung dari induk atau secara tidak langsung dari lingkungan. Sementara dalam reproduksi aseksual, zooxanthellae akan langsung dipindahkan ke koloni baru atau ikut bersama potongan koloni karang yang lepas

Reefrensi:
The Barrief Reefs. A Guide To The World of Corals
Timotius, S. 2003. Biologi Terumbu Karang. Makalah Trining Course: Karekteristik Biologi Karang, 7-12 Juli 2003 Yayasan Terumbu Karang Indonesia (Terangi). 

Kamis, 02 Juni 2011

Resiko Penyakit Penyelam

Menyelam atau diving merupakan salah satu olahraga ekstrim. Jika dilakukan dengan benar maka olahraga ini bisa menjadi olahraga yang aman dan menyenangkan. Namun jika kita mematuhi aturan-aturan yang berlaku maka tubuh kita bisa rusak karena olahraga ini.

Pernah dengar yang namanya sakit karena "hantu laut"? para penyelam tradisional sering tiba-tiba mengalami kelumpuhan pada anggota badan mereka setelah menyelam. Perlu diketahui para penyelam tradisional umumnya menggunakan kompressor untuk menyelam mencari teripang, kerang atau sisa barang dikapal karam. mereka melakukan itu bisa sampai setengah hari. setelahnya mereka bisa mengalami kelumpuhan dan merek meyakini ini disebabkan karena hantu laut. Penyelaman seperti ini sangat berbahaya.jadi apa sebenarnya penyebab kelumpuhan ini? kelumpuhan ini bisa disebabkan karena adanya dekompresi. Gelembung-gelembung udara yang terperangkap di saraf bisa membunuh sel-sel saraf dan menyebabkan gangguan fungsi saraf yang mengakibatkan kelumpuhan.


para nelayan yang menyelam dengan kompressor di Aceh (sumber)

nelayan kompresor dikepulauan seribu (sumber)

Dekompresi disebabkan karena mengembangnya gelembung udara dalam cairan tubuh secara mendadak akibat penyelam naik kepermukaan secara tiba-tiba, kondisi yang terjadi seperti kita membuka botol soda dengan mendadak, akan tampak gelembung udara. ketika kita menyelam tekanan udara akan bertambah 1 atm tiap 10 meter. tekanan dari tiap gas dalam tabung kita seperti oksigen, nitrogen, serta gas2 lain seperti karbondioksida, argon, neon, helium, kripton, akan naik dan volume udara akan mengecil karena tekanan air. Hal ini menyebabkan gelembung udara akan mudah masuk kedalam pembuluh darah.

Oksigen yang terlarut dalam pembuluh darah akan digunakan untuk metabolisme, sedangkan nitrogen terlarut tidak digunakan oleh tubuh dan akan terakumulasi. jika penyelaman berlangsung lama dan dalam, gelembung2 udara ini akan masuk kedalam sistem saraf. secara normal gelembung udara ini akan dilepaskan perlahan2 jika tekanan air berkurang. Ketika penyelam naik ke permukaan terlalu cepat, tekanan udara akan terlalu cepat berkurang dan gelembung udara dalam simpul saraf akan terperangkap. karena tekanan air berkurang, gelembung udara mengembang, volumenya bertambah dan menekan sistem saraf. Saraf menjadi terganggu dalam menyampaikan rangsang dan membuat bagian tubuh yang terganggu menjadi tidak berfungsi atau lumpuh. bahkan jika gelembung udara menekan medula spinalis bisa menyebabkan kelumpuhan kaki dan tangan. Dekompresi mirip dengan stroke, bedanya jika stroke penyumbatan pembuluh darah krn trombus (pembekuan darah) jika deco krn gelembung udara. Efek yang ditimbulkan juga serupa yaitu mati ras, lumpuh hingga kehilangan kesadaran. efek ringan dari deco adalah nyeri otot, sendi, gatal-gatal dikulit.

berikut resiko dekompresi pada penyelaman:
a. menyelam 1 jam = 42%
b.                 3 jam = 60%
c.                 8 jam = 83%
d.               24 jam = 98% (US Navy Diving Manual Rev 4)

Untuk mengobati dekompresi, penderita harus segera dibawa ke rumah sakit dengan fasilitas hiperbarik. Metode ini disebut juga metode selam kering. Pasien diberi tekanan tertentu dengan durasi waktu tertentu untuk melarutkan gelembung udara, dan tubuh diberi kesempatan melepaskannya dengan perlahan. korban dapat sembuh jika segera ditangani maksimal 6 jam setelah kejadian, lebih dari itu dikhawatirkan jaringan telah mati.

Jika dilapangan penyelam masih sadar, korban dapat dibawa kembali pada kedalaman 9 meter dan diberi oksigen murni. jika tidak ada oksigen murni, korban dapat dibawa ke kedalaman semula, kemudian naik perlahan-lahan (speed max 18 meter /menit).

gambar terapi deco 9 meter

Semoga bermanfaat :)

PLAN YOUR DIVE, DIVE YOUR PLAN...

Info tambahan dari agan2 kaskus (sumber)

Originally Posted by diverboy View Post
Gan, selain muntah apakah ada keluhan penyerta, misalnya vertigo (pusing dg perasaan berputar)?

Dg adanya refleks muntah (karena perasaan mual), bisa jadi krn gangguan vestibuler yg mengatur kesetimbangan.

Ane pernah juga dapet kasus yang lebih parah dari agan titikhilang waktu tugas di wakatobi, seorang penyelam peserta lombat foto bawah air muntah2 hebat disertai vertigo setelah penyelaman sesi pertama.

Yang memicu terjadinya gangguan vestibuler biasanya adalah reverse blocking.

Reverse blocking adalah sumbatan yang terjadi pada saat naik ke tempat lebih dangkal/permukaan, di mana udara tekanan tinggi di telinga tengah & dalam tidak dapat mengalir keluar (melalui tuba eustachius).

Reverse blocking umumnya disebabkan karena penyelaman yg dipaksakan dalam keadaan kondisi badan tidak fit (terutama flu).
Pada saat masuk ke kedalaman equalisasi dilakukan dg Valsava manuver. Walaupun sedang flu, kadangkala dg tekanan yang kuat, udara tekanan tinggi dapat dipaksakan masuk menembus sumbatan pada tuba eustachius.
Sehingga ekualisasi ke tekanan tinggi dapat dilakukan.

Yang menjadi masalah selanjutnya adalah pada saat menuju ke tempat dangkal. Udara tekanan tinggi di telinga tengah tidak cukup kuat untuk menembus sumbatan pada tuba eustachius. akibatnya terjadi ketidak -seimbangan tekanan.
Gejala yg dirasakan dapat berupa rasa nyeri di dalam telinga, vertigo, mual dan bahkan muntah. Gejala yang dirasakan bisa disertai rasa nyeri, bisa juga tidak.

Untuk mencegah reverse blocking:
-pastikan kondisi badan fit.
-naik ke tempat dangkal secara perlahan (1 ft/ 2 detik)
-bernafas secara teratur saat naik

Bila sudah terjadi gangguan akibat reverse blocking, pengobatannya dg pemberian obat dekongestan (pembuka sumbatan - obat2 flu) dan obat anti-mual/ anti-vertigo.
Tapi untuk keadaan berat, pemberian obat tidak efektif lagi, sehingga harus dilakukan tindakan invasif: miringotomi (dibuat sayatan kecil pada gendang telinga, agar udara tekanan tinggi dari dalam bisa keluar).

Bila tindakan miringotomi dilakukan, dapat dipastikan penyelam tersebut harus gantung fins minimal 6 bulan, sampai gendang telinganya pulih total.

Oleh karenanya penting sekali menjaga kondisi badan tetap fit untuk melakukan penyelaman.

Demikian penjelasan dari ane, gan. Bila ada kekurangan, ane mohon maaf. Bila masih ada yang kurang jelas, mari kita diskusikan bersama.

---------------------------------------------------------------------------------
NB: ane ngerti dikit2 soal ginian krn kebetulan profesinya dokter gigi & instruktur selam, gan. 

Refrensi

kompas 31 mei 2011

Jumat, 27 Mei 2011

quote hari ini

Menjalankan apa yang diyakini dengan sepenuh hati :) tidak akan ada penyesalan, yang ada adalah pembelajaran...

Ikan-ikan laut yang berbahaya

Secara alami ikan tidak akan menyerang manusia jika kita tidak mengganggunya. meskipun demikian ada beberapa jenis ikan hiu seperti tiger shark atau bull shark yang memang bisa menyerang manusia sebagai mangsanya. ketika menyelam di laut kita harus memperhatikan dan mengetahui bagaimana prilaku ikan-ikan yang berbahaya untuk kita.

Ada 3 jenis ikan yang membayakan manusia.
1. Ikan yang mengigit
2. Ikan yang menyengat
3. Ikan yang beracun bila di makan.

1. Ikan yang mengigit
a) Tiger Shark (Galeocerdo cuvier)

Tiger Shark
gambar tiger shark (sumber)

hiu ini adalah hiu yang paling berbahaya dalam menyerang manusia, serangannya lebih berbahaya dibandingkan hiu putih. mereka mengganggap manusia adalah mangsa mereka. jika kita menjumpai hiu ini, lebih baik segera tinggalkan perairan terutama jika mereka telah menunjukkan gerak-gerik ingin menyerang kita.

foot arm torso tiger shark attack bahamas
gambar kaki dan tangan yang ditemukan pada perut tiger shark (sumber)

kamera juga di lahap gan, miris (sumber)

b) Barrakuda (Sphyraena sp.)
ikan ini memiliki kecepatan yang luat biasa dalam mengigit mangsanya. Benda-benda berkilauan bisa memancing perhatian ikan ini seperti cincin, gelang, dan kalung. barrakuda akan mengira ini adalah ikan mangsa mereka. jika kita tidak berhati-hati maka jari kita bisa putus digigit ikan ini.
saran jika kita menyelam jangan gunakan benda-benda yang berkilau menarik perhatian. apalagi dengan kondisi air keruh akan sangat berbahaya jika kita mnegenakan benda-benda ini. jika kita bertemu barrakuda pastikan kita tetap fokus jangan sampai lengah atau kita akan kehilanggan jari kita.
gambar ikan barrakuda

c) Ikan Belut (Muranidae)
belut umumnya bersarang dalam lubang-lubang di terumbu karang. serangan oleh belut biasanya disebabkan karena belut mempertahankan dirinya. penyelam yang kurang hati-hati dan "merogoh" atau berpegangan pada terumbu karang bisa terkena gigitan belut ini. gigitan belut ini tidak mematikan tetapi dapat menyebabkan demam.Racun muranidae berasal dari mikrobia yang hidup digigi ikan ini. mikrobia berasal dari makanan ikan ini.

gambar Muranidae

2. Kelompok ikan Menyengat Beracun
ikan beracun yang paling berbahaya bagi manusia adalah dari famili Scorpionidae (ikan lepu) dan Siganidae (ikan baronang)
a) Ikan Lepu
ikan lepu yang paling menakutkan dan beracun adalah ikan lepu batu Synanceia verrucosa. ikan ini memiliki tubuh yang menyerupai batu dan umumnya hidup di antara bebatuan atau pasir. tubuh ikan ini terkamuflase dengan baik sehingga penyelam yang tidak berhati-hati bisa menginjak sirip dorsalnya yang sangat beracun. pada sirip dorsal/ punggungnya terdapat duri-duri beracun. racun berjenis neeurotoksin ini mampu melumpuhkan saraf dan merusak jaringan kita. bahkan memerlukan waktu recovery yang cukup lama bisa sampai 2 bulan!!
ikan ini cukup tenang, bahkan lebih senang berjalan dengan sirip pectoral/dadanya dibandingkan dengan berenang.
bagaimana cara mencegahnya? kita harus senantiasa menggunakan alas kaki dan selalu berhati-hati dengan apa yang akan kita jadikan tumpuan.


gambar ikan lepu batu yang terkamuflase dengan baik.

b) ikan baronang (Siganidae)
ikan baronang memiliki racun pada duri-duri sirip dorsal/punggungnya. meskipun tidak sefatal ikan lepu namun racun baronang cukup berbahaya. ikan baronang tidak akan mengganggu jika kita tidank menggangunya, bahkan ikan ini cenderung lari jika kita mnedekatinya. daging ikan ini sangat lezat dan banyak digunakan untuk makanan.




berbagai jenis ikan baronang yang lezat, indah tapi berbahaya.

c) Achanturidae
ikan-kan famili ini memiliki duri setajam silet di bagian kiri dan kanan pangkal sirip caudal/ekornya.
ikan ini juga dikenal sebagai ikan konsumsi yang lezat, namun pengolahannya harus hati-hati, duri pada ekornya harus dihilangkan dahulu. ikan ini tidak akan menyerang jika kita tidak mengganggunya dan bahkan cenderung lari jika kita mendekati.

d) ikan pari
ikan pari memiliki duri beracun pada bagian pangkal ekor. kejadian yang sangat umum menyerang yaitu kita berjalan tidak mengenakan alaskaki di pantai dan tidak sengaja menginjak ikan ini. jika kita sedang berenang dengan ikan ini jangan berada dibagian atas ikan ini, karena jika ikan ini kaget sedikit saja maka duri ekornya bisa melukai kita. tusukan pada bagian vital dapat menyebabkan kematian.


3. ikan yang beracun bila dimakan
a) ikan buntal (Tetraodontiformes)
ikan ini memiliki racun jenis tetraodontoksin yang terletak pada saluran pencernaanya.racun berasal dari makanan yang dimakannya. ikan ini memiliki pertahanan diri yaitu kulit yang keras serta dapat menggembungkan diri ketika diserang. ikan ini terkenal memiliki daging yang lezat namun pengolahannya harus hati2. harus dilakukan oleh koki bersertifikat. ksalahan dalam pemotongan akan menyebabkan racun menyebar pada daging dan menyebabkan kematian bagi yang menyantapnya. racun ikan ini merupakan salah satu racun paling berbahaya didunia.



Kemungkinan yang paling membahayakan dari bentuk racun pada ikan ciguatera. Ini adalah racun yang bisa berada pada semua ikan, tatapi mencapai konsentrasi yang paling tinggi pada ikan pemakan segala yang merupakan struktur rantai makanan tertinggi. Racun ini tidak mengakibatkan apa-apa pada ikan itu sendiri, tetapi dapat menyebabkan sakit luar bioasa atau bahkan kematian pada manusia  atau hewan ternak lainnya. Racun ini diproduksi oleh dinoflasgelata berukuran kecil yang dinamakan Gambierdiscus toxicus yang hidupnya berkoloni pada permukaan batu, dermaga, bangkai kapal ataupun pada alga (blades of algae). Organisme ini tertelan bersama-sama dengan alga berfilamen oleh ikan herbivor yang kemudian ikan herbivor ini dimangsa oleh ikan predator. Racun ini terakumulasi pada daging ikan  terutama pada hatinya dan organ-organ reproduksinya. Di daerah Indo-Pasifik kakap merah yang berukuran besar (Lutjanus bohar) dan belut laut (Gymnothorax javanicus sangat sering mengandung ciguatera dalam dagingnya dan tidak dimakan. Demikian juga dengan ikan-ikan berukuran besar dari kerapu, kakap, tuna, barakuda dan ikan trigger sering terserang ciguatera dan harus benar benar diwaspadai.. Jadi disarankan untuk tidak mengkonsumsi ikan-ikan karang yang berukuran sangat besar yang melebihi ukuran yang umum ditangkap nelayan setempat. Kabar baiknya buat kita, ciguatera tidak terdapat pada ikan ikan pelagik laut dalam dan pada rantai makanan ikan karang yang hidup dilaut relatif dalam. 

refrensi
 www. coremap.co.id

Kamis, 26 Mei 2011

PARROTFISH

PARROT FISH atau ikan kakak tua termasuk dalam famili Scaridae. Parrotfish hidup di perairan dangkal yang terpapar cahaya di daerah tropis dan subtropis di seluruh dunia dan yang erbanyak di daeraj Indo-pasifik. ikan ini dapat ditemukan di ekosistem terumbu karang, lamun dan pantai berbatu, parrotfish memiliki peran penting dalam bioerosion. 

Kakatua
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:Animalia
Filum:Chordata
Superclass:Osteichthyes
Kelas:Cachama
Order:Perciformes
Subordo:Labroidei
Keluarga:Scaridae
Genera


gambar1. Parrotfish


Parrotfish kebanyakan merupakan herbivora meskipun ada beberapa yang juga memakan hewan karang.Parrotfish memiliki paruh seperti burung parrot yang berfungsi untuk mengikis algae dari terumbu karang. Aktivitas grazzing ikan ini memiliki arti penting bagi ekosistem terumbu karang. aktivitas grazzing ini mampu mengendalikan populasi algae, populasi algae yang berlebih akan mematikan terumbu karang. Terumbu karang merupakan hewan yang termasuk dalam filum Cnidaria kelas Anthozoa. Terumbu karang bersimbiosis dengan algae zooxanhellae. Blomming algae pada permukaan terumbukarang akan mengambat fotosintesis dari zooxanhellae sehingga terumbu karang akan mnegalami kematian. selain itu aktivitas grazzing parrotfish juga menyumbangkan substrat pasir bagi ekosistem terumbu karang (bioerosion). Gigi faringeal parrotfish terus mengalami pertumbuhan sehingga mereka harus terus memakan dan menggerus batu. parrotfish akan mengekskresikan pasir sebagai sisa metabolisme mereka. Seekor parrotfish mampu menghasilkan 90 kilogram pasir setahun dan ikut berperan dalam pembentukan pulau-pulau pasir kecil di Caribia.



Ukuran maksimum Parrotfish bervariasi, dengan mayoritas  mencapai 30-50 cm (12-20 inch) panjangnya. Namun, beberapa spesies dapat mencapai hampir 1 meter (3.3 kaki), bahkan parrotfish humphead hijau mencapai hingga 1,3 meter (4.3 kaki). Tubuh ikan ini memiliki stuktur daging yang kenyal cenderung keras (saya pernah makan hehe) berbentuk latero lateral tebal, tipe sisik cycloid, sirip pectoral besar dan pergerakannya keatas-bawah seperti kepakan burung, serta sirip ekor besar homocercal.sirip pectoral berfungsi utama untuk pergerakan ikan ini, sirip ekor berfungsi sebagai kemudi dan digunakan membantu pergerakan jika mereka akan berenang dengan kecepatan tinggi.
Parrotfish termasuk ikan hermaprodit protogini. Pada awalnya semua Parrotfish dilahirkan sebagai betina dan jika sudah dewasa akan berubah menjadi jantan (fase terminal). Namun, dalam banyak spesies, misalnya lampu merah kakatua (Sparisoma viride), beberapa individu langsung berjenis jantan ( tidak mulai sebagai betina). Bbeberapa spesies, misalnya kakatua Mediterania (S. cretense), adalah sekunder gonochorist , yang berarti bahwa beberapa betina tidak berubah seks, dan mereka yang melakukan, berubah dari betina ke jantan sementara masih belum menghasilkan (yaitu, reproduktif betina berfungsi tidak berubah untuk jantan). kakatua marmer (Leptoscarus vaigiensis) adalah satu-satunya spesies dari kakatua diketahui tidak mengubah jenis kelamin.
Parrotfish hidup berkoloni dengan satu jantan. jika jantan mati maka betina terbesar akan berubah menjadi jantan dan menjadi peimimpin koloni. Pada sebagian besar spesies, fase awal adalah merah kusam, coklat atau abu-abu, sedangkan fase terminal jelas hijau atau biru dengan tambalan merah muda atau kuning cerah. Terminal sangat berbeda dan fase awal pertama kali digambarkan sebagai spesies yang terpisah pada beberapa kasus, tetapi ada juga beberapa spesies di mana tahap adalah sama.
parrotfih mengalami polychromatism yaitu mengalami pergantian warna sepanjang hidupnya. pada awalnya parrotfish berwarna abu-abu kusam, selanjutnya menjadi hijau dan kemudian menjadi berwarna warni ketika dewasa.

Video parrotfish berenang

Parrotfish memiliki keunikan yaitu akan menekskresikan mukus yang membentuk cocon atau kantong ketika mereka tidur. kantong tidur mereka ini  dapat menyamarkan bau sehingga parrotfish terhindar dari serangan predator seperti hiu dan barracuda. selaput lendir ini juga dapat berfungsi sebagai early warning terhadapa predator serta melindungi dari sengatan UV.

Video parrotfish tidur
Parrotfish (Sparisoma vetula) sleeps in mucus bubble for defense, Caribbean Sea, Bonaire Island, Netherlands Antilles (4201-68585 / 00790112 © Minden Pictures) 
Gambar2. Kantong tidur Parrotfish




gambar 3. kantong tidur parrotfish
Refrensi



·         ^ a b Westneat, M. W. and M. E. Alfaro (2005). "Phylogenetic relationships and evolutionary history of the reef fish family Labridae." Molecular Phylogenetics and Evolution 36(2): 201-428.
·         ^ Streelman, J. T., M. E. Alfaro, et al. (2002). "Evolutionary History of The Parrotfishes: Biogeography, Ecomorphology, and Comparative Diversity." Evolution 56(5): 961-971.
·         ^ Bellwood, D. R., Hoey, A. S., J. H. Choat. (2003). "Limited functional redundancy in high diversity systems: resilience and ecosystem function on coral reefs." Ecology Letters 6(4): 281–285.
·         ^ Lokrantz, J., Nyström, Thyresson, M., M., C. Johansson. (2008). "The non-linear relationship between body size and function in parrotfishes." Coral reefs 27(4): 967-974.
·         ^ Randall, J. E. (2007). Reef and Shore Fishes of the Hawaiian Islands. ISBN 9781929054039
·         ^ a b Choat, J.H. & Bellwood, D.R. (1998). Paxton, J.R. & Eschmeyer, W.N.. ed. Encyclopedia of Fishes. San Diego: Academic Press. pp. 209–211. ISBN 0-12-547665-5.
·         ^ a b c Lieske, E., & R. Myers (1999). Coral Reef Fishes. 2nd edition. Princeton University Press. ISBN 0-691-00481-1
·         ^ Thurman, H.V; Webber, H.H. (1984). "Chapter 12, Benthos on the Continental Shelf". Marine Biology. Charles E. Merrill Publishing. pp. 303–313. Accessed 2009-06-14.
·         ^ Froese, Rainer, and Daniel Pauly, eds. (2009). "Bolbometopon muricatum" in FishBase. December 2009 version.
·         ^ Bester, C. Stoplight parrotfish. Florida Museum of Natural History, Ichthyology Department. Accessed 15-12-2009
·         ^ Afonsoa, Moratoa & Santos (2008). Spatial patterns in reproductive traits of the temperate parrotfish Sparisoma cretense. Fisheries Research 90(1-3): 92-99
·         ^ BBC Parrotfish to aid reef repair 1 November 2007
·         ^ a b c Cerny-Chipman, E. "Distribution of Ultraviolet-Absorbing Sunscreen Compounds Across the Body Surface of Two Species of Scaridae." DigitalCollections@SIT 2007. Accessed 2009-06-21.
·         ^ Langerhans, R.B. "Evolutionary consequences of predation: avoidance, escape, reproduction, and diversification." pp. 177-220 in Elewa, A.M.T. ed. Predation in organisms: a distinct phenomenon. Heidelberg, Germany, Springer-Verlag. 2007. Accessed 2009-06-21.
·         ^ a b c Videlier, H.; Geertjes, G.J. and Videlier, J.J. (1999). "Biochemical characteristics and antibiotic properties of the mucous envelope of the queen parrotfish". Journal of Fish Biology. 54: 1124–1127. doi:10.1111/j.1095-8649.1999.tb00864.x. Retrieved 2009-06-21.[dead link]
·         Sepkoski, Jack (2002). "A compendium of fossil marine animal genera". Bulletins of American Paleontology 364: p.560. Retrieved 2011-05-18


Rabu, 25 Mei 2011

Kenapa ikan bisa hidup di kutub yang dingin?

Ikan termasuk hewan berdarah dingin atau polikiloterm yang artinya suhu tubuhnya menyesuaikan dengan suhu lingkungan, meskipun ada beberapa ikan yang mampu tetap menjaga suhu tubuhnya hangat yaitu jenis-jenis ikan pelagic (tuna, marlin) yang memiliki myoglobin dan jaringan pembuluh kapiler rete mirabile.


Di kutub selatan ditemukan ikan yang mampu bertahan dan hidup dengan baik pada kondisi air yang beku yaitu ikan Dissostichus mawsoni. Ikan umumnya memiliki titik beku darah -0,9° C, sedangkan suhu air di kutub selatan sendiri mencapai -1,8° C. lalu bagaimanakah ikan ini dapat bertahan?


Para peneliti setempat bersama satu tim dari Amerika Serikat yang dipimpin ilmuwan lokal Prof Dr Martina Havenith untuk melakukan penelitian mendalam. Hasilnya mereka publikasi dalam jurnal kimia bergengsi Amerika, Journal of American Chemical Society ( JACS). mereka menemukan bahwa ikan ini memiliki protein anti pembeku. Para peneliti menggunakan teknik khusus, terahertz spectroscopy, untuk mengungkap mekanisme dasar. Dengan bantuan radiasi terahertz, gerakan kolektif dari molekul air dan protein dapat direkam.  Protein ini mampu mencegah kristalisasi air. molekul-molekul air akan bergerak secara teratur dan tidak membeku dengan adanya protein ini.


Alasan lainnya yaitu ikan ini memiliki glikoprotein pada dinding pembuluh darahnya yang memungkinkan untuk bertahan di pembekuan air es dari Samudera Selatan sekitar Antartika. ikan ini memiliki laju metabolisme yang juga lambat, jantungnya berdetak setiap 6 detik sekali.



Kingdom:Animalia
Phylum:Chordata
Class:Actinopterygii
Order:Perciformes
Family:Nototheniidae
Genus:Dissostichus
Species:D. mawsoni
Binomial name
Dissostichus mawsoni
Norman, 1937

















 Dissostichus mawsoni dikenal juga sebagai toothfish antartika atau cod antartica, walaupun sebenarnya ikan ini tidak ada hubungannya dengan ikan cod. ikan ini memiliki daging berwarna putih, kerangka ringan, memiliki simpanan lemak tinggi serta memiliki retina yang disesuaikan dengan tingkat pencahayaan rendah.
Data yang dikumpulkan selama program CCALMR tag di Laut Ross menunjukkan bahwa ikan ini berkembang sangat cepat. Dalam waktu 5 tahun, mereka mencapai 60 cm, dalam 10 tahun mereka mencapai 1 meter, dan dalam 20 tahun mereka mencapai 1,5 meter. Usia maksimum tercatat sejauh ini adalah 48 tahun, dengan berat 150 kg. 


  • ^ Dunn, A.; Horn, P.L.; Hanchet, S.M. (2006). Revised estimates of the biological parameters for Antarctic toothfish (Dissostichus mawsoni) in the Ross Sea. WG-FSA-SAM-06/08. 14 p. National Institute of Water and Atmospheric Research

  • ^ Fenaughty, J.M., D.W. Stevens and S.M. Hanchet. 2003. Diet of the Antarctic toothfish (Dissostichus mawsoni) from the Ross Sea, Antarctica (Subarea 88.1). CCAMLR Science, 10: 113–123.

  • ^ Pinkerton M.H., S. Bury, S.M. Hanchet and D. Thompson (National Institute of Water and Atmospheric Research ([NIWA]http://www.niwa.cri.nz/) Ltd, Stable isotope analysis of Southern Ocean fish tissue samples to investigate trophic linkages of Antarctic toothfish (Dissostichus mawsoni). 27 pp. CCAMLR Science, submitted (English). CCAMLR WG-EMM-07/19

  • ^ Fenaughty, J.M., J.T. Eastman and B.D. Sidell. 2008. Biological implications of low condition factor “axe handle” specimens of the Antarctic toothfish, Dissostichus mawsoni, from the Ross Sea. Antarctic Science, 20: 537–551.

  • ^ Greenpeace International Seafood Red list