Assalamualaykum...


Selamat datang di blog underwater-explorer.
Tempat berbagi ilmu dan pengalaman tentang dunia air.

let's be the underwater explorer!!!

Kamis, 23 Juni 2011

TERUMBU KARANG DAN KARANG

TERUMBU KARANG DAN KARANG

Terumbu karang adalah struktur di dasar laut berupa deposit kalsium karbonat di laut yang dihasilkan terutama oleh hewan karang. Karang adalah hewan tak bertulang belakang yang termasuk dalam Filum Coelenterata (hew an berrongga) atau Cnidaria. Yang disebut sebagai karang (coral) mencakup karang dari Ordo scleractinia dan Sub kelas Octocorallia (kelas Anthozoa) maupun kelas Hydrozoa. Lebih lanjut dalam makalah ini pembahasan lebih menekankan pada karang sejati (Scleractinia).
Satu individu karang atau disebut polip karang memiliki ukuran yang bervariasi mulai dari yang sangat kecil 1 mm hingga yang sangat besar yaitu lebih dari 50 cm. Namun yang pada umumnya polip karang berukuran kecil. Polip dengan ukuran besar dijumpai pada karang yang soliter.


ANATOMI KARANG
Karang atau disebut polip memiliki bagian-bagian tubuh terdiri dari :
1.  mulut dikelilingi oleh tentakel yang berfungsi untuk menangkap mangsa dari perairan serta sebagai alat pertahanan diri.
2. rongga tubuh (coelenteron) yang juga merupakan saluran pencernaan (gastrovascular)
3. dua lapisan tubuh yaitu ektodermis dan endodermis yang lebih umum disebut gastrodermis karena berbatasan dengan saluran pencernaan. Di antara kedua lapisan terdapat jaringan pengikat tipis yang disebut mesoglea. Jaringan ini terdiri dari sel-sel,serta kolagen, dan mukopolisakarida. Pada sebagian besar karang, epidermis akan menghasilkan material guna membentuk rangka luar karang. Material tersebut berupa kalsium karbonat (kapur).

Bertempat di gastrodermis, hidup zooxanthellae yaitu alga uniseluler dari kelompok Dinof lagelata, dengan warna coklat atau coklat kekuning-kuningan. 


Gambar 1. Anatomi polip karang

Karang dapat menarik dan menjulurkan tentakelnya. Tentakel tersebut aktif dijulurkan pada malam hari, saat karang mencari mangsa, sementara di siang hari tentekel ditarik masuk ke dalam rangka. Bagaimana karang dapat menangkap mangsanya? 
Di ektodermis tentakel terdapat sel penyengat (knidoblas) , yang merupakan ciri khas semua hewan Cnidaria. Knidoblas dilengkapi alat penyengat (nematosita) beserta racun di dalamnya. Sel penyengat bila sedang tidak digunakan akan berada dalam kondisi tidak aktif, dan alat sengat berada di dalam sel. Bila ada zooplankton atau hewan lain yang akan ditangkap, maka alat penyengat dan racun akan dikeluarkan. 

CARA MAKAN

 Karang memiliki dua cara untuk mendapatkan makan, yaitu
1. Menangkap zooplankton yang melayang dalam air. 
2. Menerima hasil fotosintesis zooxanthellae. 
 Ada pendapat para ahli yang mengatakan bahwa hasil fotosintesis zooxanthellae yang dimanfaatkan oleh karang, jumlahnya cukup untuk memenuhi kebutuhan proses respirasi karang tersebut (Muller-Parker & D’Elia 2001). Sebagian ahli lagi mengatakan sumber makanan karang 75-99% berasal dari zooxanthellae (Tucket & Tucket 2002).
 Ada dua mekanisme bagaimana mangsa yang ditangkap karang dapat mencapai mulut:
1. Mangsa ditangkap lalu tentakel membawa mangsa ke mulut
2. Mangsa ditangkap lalu terbawa ke mulut oleh gerakan silia di sepanjang tentakel 

ASOSIASI KARANG DENGAN ZOOXANTHELLAE

 Zooxanthellae adalah alga dari kelompok Dinoflagellata yang bersimbiosis pada hewan, seperti karang, anemon, moluska dan lainnya. Sebagian besar zooxanthella berasal dari genus Symbiodinium. Jumlah zooxanthellae pada karang diperkirakan > 1 juta sel/cm2 permukaan karang, ada yang mengatakan antara 1-5 juta sel/cm2. Meski dapat hidup tidak terikat induk, sebagian besar zooxanthellae melakukan simbiosis.
 Dalam asosiasi ini, karang mendapatkan sejumlah keuntungan berupa :
1. Hasil fotosintesis, seperti gula, asam amino, dan oksigen
2. Mempercepat proses kalsifikasi yang menurut Johnston terjadi melalui skema:
·         Fotosintesis akan menaikkan PH dan menyediakan ion karbonat lebih banyak.
·   Dengan pengambilan ion P untuk fotosintesis, berarti zooxanthellae telah menyingkirkan inhibitor kalsifikasi.  
Bagi zooxanthellae, karang adalah habitat yang baik karena merupakan pensuplai terbesar zat anorganik untuk fotosintesis. Sebagai contoh Bytell menemukan bahwa untuk zooxanthellae dalam Acropora palmata  suplai nitrogen anorganik, 70% didapat dari karang (lihat Tomascik et al. 1997). Anorganik itu merupakan sisa metabolisme karang dan hanya sebagian kecil anorganik diambil dari perairan.

Bagaimana zooxanthellae dapat berada dalam karang, terjadi melalui beberapa mekanisme terkait dengan reproduksi karang. Dari reproduksi secara seksual, karang akan mendapatkan zooxanthellae langsung dari induk atau secara tidak langsung dari lingkungan. Sementara dalam reproduksi aseksual, zooxanthellae akan langsung dipindahkan ke koloni baru atau ikut bersama potongan koloni karang yang lepas

Reefrensi:
The Barrief Reefs. A Guide To The World of Corals
Timotius, S. 2003. Biologi Terumbu Karang. Makalah Trining Course: Karekteristik Biologi Karang, 7-12 Juli 2003 Yayasan Terumbu Karang Indonesia (Terangi). 

Kamis, 02 Juni 2011

Resiko Penyakit Penyelam

Menyelam atau diving merupakan salah satu olahraga ekstrim. Jika dilakukan dengan benar maka olahraga ini bisa menjadi olahraga yang aman dan menyenangkan. Namun jika kita mematuhi aturan-aturan yang berlaku maka tubuh kita bisa rusak karena olahraga ini.

Pernah dengar yang namanya sakit karena "hantu laut"? para penyelam tradisional sering tiba-tiba mengalami kelumpuhan pada anggota badan mereka setelah menyelam. Perlu diketahui para penyelam tradisional umumnya menggunakan kompressor untuk menyelam mencari teripang, kerang atau sisa barang dikapal karam. mereka melakukan itu bisa sampai setengah hari. setelahnya mereka bisa mengalami kelumpuhan dan merek meyakini ini disebabkan karena hantu laut. Penyelaman seperti ini sangat berbahaya.jadi apa sebenarnya penyebab kelumpuhan ini? kelumpuhan ini bisa disebabkan karena adanya dekompresi. Gelembung-gelembung udara yang terperangkap di saraf bisa membunuh sel-sel saraf dan menyebabkan gangguan fungsi saraf yang mengakibatkan kelumpuhan.


para nelayan yang menyelam dengan kompressor di Aceh (sumber)

nelayan kompresor dikepulauan seribu (sumber)

Dekompresi disebabkan karena mengembangnya gelembung udara dalam cairan tubuh secara mendadak akibat penyelam naik kepermukaan secara tiba-tiba, kondisi yang terjadi seperti kita membuka botol soda dengan mendadak, akan tampak gelembung udara. ketika kita menyelam tekanan udara akan bertambah 1 atm tiap 10 meter. tekanan dari tiap gas dalam tabung kita seperti oksigen, nitrogen, serta gas2 lain seperti karbondioksida, argon, neon, helium, kripton, akan naik dan volume udara akan mengecil karena tekanan air. Hal ini menyebabkan gelembung udara akan mudah masuk kedalam pembuluh darah.

Oksigen yang terlarut dalam pembuluh darah akan digunakan untuk metabolisme, sedangkan nitrogen terlarut tidak digunakan oleh tubuh dan akan terakumulasi. jika penyelaman berlangsung lama dan dalam, gelembung2 udara ini akan masuk kedalam sistem saraf. secara normal gelembung udara ini akan dilepaskan perlahan2 jika tekanan air berkurang. Ketika penyelam naik ke permukaan terlalu cepat, tekanan udara akan terlalu cepat berkurang dan gelembung udara dalam simpul saraf akan terperangkap. karena tekanan air berkurang, gelembung udara mengembang, volumenya bertambah dan menekan sistem saraf. Saraf menjadi terganggu dalam menyampaikan rangsang dan membuat bagian tubuh yang terganggu menjadi tidak berfungsi atau lumpuh. bahkan jika gelembung udara menekan medula spinalis bisa menyebabkan kelumpuhan kaki dan tangan. Dekompresi mirip dengan stroke, bedanya jika stroke penyumbatan pembuluh darah krn trombus (pembekuan darah) jika deco krn gelembung udara. Efek yang ditimbulkan juga serupa yaitu mati ras, lumpuh hingga kehilangan kesadaran. efek ringan dari deco adalah nyeri otot, sendi, gatal-gatal dikulit.

berikut resiko dekompresi pada penyelaman:
a. menyelam 1 jam = 42%
b.                 3 jam = 60%
c.                 8 jam = 83%
d.               24 jam = 98% (US Navy Diving Manual Rev 4)

Untuk mengobati dekompresi, penderita harus segera dibawa ke rumah sakit dengan fasilitas hiperbarik. Metode ini disebut juga metode selam kering. Pasien diberi tekanan tertentu dengan durasi waktu tertentu untuk melarutkan gelembung udara, dan tubuh diberi kesempatan melepaskannya dengan perlahan. korban dapat sembuh jika segera ditangani maksimal 6 jam setelah kejadian, lebih dari itu dikhawatirkan jaringan telah mati.

Jika dilapangan penyelam masih sadar, korban dapat dibawa kembali pada kedalaman 9 meter dan diberi oksigen murni. jika tidak ada oksigen murni, korban dapat dibawa ke kedalaman semula, kemudian naik perlahan-lahan (speed max 18 meter /menit).

gambar terapi deco 9 meter

Semoga bermanfaat :)

PLAN YOUR DIVE, DIVE YOUR PLAN...

Info tambahan dari agan2 kaskus (sumber)

Originally Posted by diverboy View Post
Gan, selain muntah apakah ada keluhan penyerta, misalnya vertigo (pusing dg perasaan berputar)?

Dg adanya refleks muntah (karena perasaan mual), bisa jadi krn gangguan vestibuler yg mengatur kesetimbangan.

Ane pernah juga dapet kasus yang lebih parah dari agan titikhilang waktu tugas di wakatobi, seorang penyelam peserta lombat foto bawah air muntah2 hebat disertai vertigo setelah penyelaman sesi pertama.

Yang memicu terjadinya gangguan vestibuler biasanya adalah reverse blocking.

Reverse blocking adalah sumbatan yang terjadi pada saat naik ke tempat lebih dangkal/permukaan, di mana udara tekanan tinggi di telinga tengah & dalam tidak dapat mengalir keluar (melalui tuba eustachius).

Reverse blocking umumnya disebabkan karena penyelaman yg dipaksakan dalam keadaan kondisi badan tidak fit (terutama flu).
Pada saat masuk ke kedalaman equalisasi dilakukan dg Valsava manuver. Walaupun sedang flu, kadangkala dg tekanan yang kuat, udara tekanan tinggi dapat dipaksakan masuk menembus sumbatan pada tuba eustachius.
Sehingga ekualisasi ke tekanan tinggi dapat dilakukan.

Yang menjadi masalah selanjutnya adalah pada saat menuju ke tempat dangkal. Udara tekanan tinggi di telinga tengah tidak cukup kuat untuk menembus sumbatan pada tuba eustachius. akibatnya terjadi ketidak -seimbangan tekanan.
Gejala yg dirasakan dapat berupa rasa nyeri di dalam telinga, vertigo, mual dan bahkan muntah. Gejala yang dirasakan bisa disertai rasa nyeri, bisa juga tidak.

Untuk mencegah reverse blocking:
-pastikan kondisi badan fit.
-naik ke tempat dangkal secara perlahan (1 ft/ 2 detik)
-bernafas secara teratur saat naik

Bila sudah terjadi gangguan akibat reverse blocking, pengobatannya dg pemberian obat dekongestan (pembuka sumbatan - obat2 flu) dan obat anti-mual/ anti-vertigo.
Tapi untuk keadaan berat, pemberian obat tidak efektif lagi, sehingga harus dilakukan tindakan invasif: miringotomi (dibuat sayatan kecil pada gendang telinga, agar udara tekanan tinggi dari dalam bisa keluar).

Bila tindakan miringotomi dilakukan, dapat dipastikan penyelam tersebut harus gantung fins minimal 6 bulan, sampai gendang telinganya pulih total.

Oleh karenanya penting sekali menjaga kondisi badan tetap fit untuk melakukan penyelaman.

Demikian penjelasan dari ane, gan. Bila ada kekurangan, ane mohon maaf. Bila masih ada yang kurang jelas, mari kita diskusikan bersama.

---------------------------------------------------------------------------------
NB: ane ngerti dikit2 soal ginian krn kebetulan profesinya dokter gigi & instruktur selam, gan. 

Refrensi

kompas 31 mei 2011